Satu tokoh Partai Demokrat yang merupakan ketua umum pertama, Subur Budhisantoso baru saja mendapat kunjungan dari Ketua Umum Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY). Diberitakan, AHY mengunjungi Profesor Budhisantoso pada Minggu (14/2/2021). Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra mengatakan, baik AHY maupun Subur Budhisantoso disebut Herzaky saling bertukar pikiran mengenai Partai Demokrat maupun situasi kebangsaan terkini.

"Diskusi berlangsung cair. Apalagi, beliau berdua memang sudah lama saling kenal," kata dia. Lantas bagaimana profil dan sosok Subur Budhisantoso? Subur Budhisantoso atau Prof. Dr. Subur Budhisantoso lahir di Garut pada 27 Agustus 1937.

Selain politikus, ia dikenal sebagai pakar antroplogi politik. Mengutip dari laman , Subur Budhisantoso adalah satu di antara pendiri Partai Demokrat. Ia resmi menjabat Ketua Umum Demokrat pada 9 September 2001, seiring dengan penandatanganan Akte Pendirian Partai Demokrat.

Pada tanggal 10 September 2001 jam 10.00 WIB Partai Demokrat didaftarkan ke Departemen Kehakiman dan HAM RI oleh Vence Rumangkang, Prof. Dr. Subur Budhisantoso, Prof. Dr. Irsan Tandjung, Drs. Sutan Bhatogana MBA, Prof. Dr. Rusli Ramli dan Prof. Dr. RF. Saragih, SH, MH dan diterima oleh Ka SUBDIT Pendaftaran Departemen Kehakiman dan HAM. Kemudian pada tanggal 25 September 2001 terbitlah Surat Keputusan Menkeh & HAM Nomor M.MU.06.08. 138 tentang pendaftaran dan pengesahan Partai Demokrat. Dengan Surat Keputusan tersebut Partai Demokrat telah resmi menjadi salah satu partai politik di Indonesia dan pada tanggal 9 Oktober 2001 Departemen Kehakiman dan HAM RI mengeluarkan Lembaran Berita Negara Nomor : 81 Tahun 2001 Tentang Pengesahan Partai Demokrat dan Lambang Partai Demokrat.

Selanjutnya pada tanggal 17 Oktober 2002 di Jakarta Hilton Convention Center (JHCC), Partai Demokrat dideklarasikan dan dilanjutkan dengan Rapat Kerja Nasional (Rakemas) Pertama pada tanggal 18 19 Oktober 2002 di Hotel Indonesia yang dihadiri Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) seluruh Indonesia. Subur Budhisantoso pernah terlibat isu penculikan oleh Badan Intelijen Negara (BIN) pada Seperti yang pernah diberitakan , bekas Ketua Umum Partai Demokrat, Profesor Subur Budhisantoso membantah telah dijemput secara paksa oleh Badan Intelijen Negara.

Menurutnya, ia berada di kantor BIN pada Jumat (18/10/2013) untuk bertemu Kepala BIN, Marciano Norman dan itu sudah dijadwalkan. "Sama sekali tidak ada penjemputan oleh BIN, atau pengelendangan atau pencocokan terhadap saya," kata Prof Subur di Jl Kertanegara Nomor 49, Jakarta Selatan, Senin (21/10/2013). Prof Subur menuturkan, keperluan dirinya bertemu Marciano untuk membicarakan kepentingan nasional.

Menurutnya, pertemuan itu akan diadakan pada pukul 10.00 WIB namun akhirnya pertemuan dengan Marciano tersebut diundur hingga pukul 13.00 WIB karena kepala BIN dijadwalkan akan menjemput Presiden SBY di Halim Perdanakusuma. Namun, karena Prof Subur dijadwalkan akan terbang ke Pontianak, Kalimantan Barat pada pukul 11.30 WIB di hari yang sama untuk acara partai, maka ia segera meninggalkan kantor BIN dan segera menuju bandara. Ia pun menyatakan lupa adanya undangan acara PPI.

"Saya melihat ada miss komunikasi di sini," ucapnya. Diberitakan sebelumnya, M Rachmad, yang menjadi moderator diskusi Dinasti versus Meritokrasi Politik, Jumat (18/10/2013), di Rumah PPI, Duren Sawit Jakarta Timur, mengatakan kepada peserta diskusi bahwa Budhisantoso telah "dijemput" oleh BIN, pagi hari itu. ProfSubur Budhisantoso, kata Rachmad, dilarang meninggalkan Kantor BIN, meskipun pada siangnya telah diundang menjadi pembicara pada diskusi di PPI.

Rachmad saat itu mengatakan Kepala BIN,Marciano Norman, telah mengagendakan pertemuan dengan Budhisantoso, dan meminta dia menunggu hingga sore. Sementara diskusi yang juga melibatkan Anas Urbaningrum dan pakar politik, Chusnul Mariyah, akan dimulai pada Jumat siang. "Jadi silakan teman teman tafsirkan sendiri kenapa Prof Budi tidak bisa hadir dan kabarnya beliau tidak dibenarkan tinggalkan Kalibata sebelum ketemu kepala BIN," kata Rachmad saat itu.

Artikel juga pernah mengabarkan, bekas Ketua Umum Partai Demokrat, Prof Subur Budhisantoso ikut menyoroti hubungan yang terjadi antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dengan pendiri Ormas Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI). Prof Subur pun berharap hubungan keduanya kembali harmonis. "Itu urusan pribadi mereka, aku nggak ikut campur. Kalau bisa mereka kembali bersatu. Kita cari kebaikan," kata Prof Subur di Jalan Kertanegara Nomor 49, Jakarta Selatan, Senin (21/10/2013).

Prof Subur menuturkan, dirinya sebagai pendiri partai Demokrat tentu akan mengusahakan hubungan harmonis antara SBY dengan Anas dapat terjadi. Ia mengaku akan memelihara kekompakan diantara keduanya baik diminta atau tidak. "Saya siap (menengahi SBY Anas) , diminta atau tidak diminta. Saya tetap ingin memelihara kekompakan," ujarnya.

Prof Subur mengatakan, jika ia berhasil menyatukan SBY dan Anas kembali tentu akan mendapat pahala yang besar dari Tuhan. "Kalau kita berhasil pahalanya besar," katanya. Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) menemui mantan Ketua Umum Partai Demokrat Subur Budhisantoso, Minggu (14/2) kemarin.

Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Komunikasi Strategis Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra. "Iya, Ketum kelima Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono menemui Ketum pertama Partai Demokrat Prof Budhisantoso, hari Minggu 14 Februari 2021, di kediaman Prof Budhisantoso," ujar Herzaky, kepada wartawan, Senin (15/2/2021) diberitakan . Herzaky mengungkap sowannya AHY kepada Subur Budhisantoso menandakan putra Susilo Bambang Yudhoyono itu sosok yang menghargai para senior, termasuk senior di Partai Demokrat.

Dalam pertemuan itu, baik AHY maupun Subur Budhisantoso disebut Herzaky saling bertukar pikiran mengenai Partai Demokrat maupun situasi kebangsaan terkini. "Diskusi berlangsung cair. Apalagi, beliau berdua memang sudah lama saling kenal," kata dia. Lebih lanjut, Herzaky mengatakan Subur Budhisantoso merupakan sosok pendiri dan kader senior Partai Demokrat yang benar benar peduli terhadap partainya.

"Beginilah sosok pendiri, kader senior yang benar benar peduli dengan Partai Demokrat. Tak perlu banyak berkoar di media, tapi terus memantau situasi dan perkembangan Partai Demokrat, serta mendukung penuh penerusnya," jelas Herzaky. Menuliskan, mantan Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Yus Sudarso menyebut ada empat faksi di dalam partai berlambang mercy, ingin adanya perubahan kepemimpinan. "Setidaknya saya amati dan saya tahu ada empat faksi dalam pertemuan ini," ujar Yus di kawasan Mega Kuningan, Jakarta, Selasa (2/2/2021).

Faksi pertama, kata Yus, orang orang yang bermuara kepada pendiri dan mantan ketua umum Partai Demokrat yaitu Subur Budi Santoso. Kedua, faksi ketua umum Demokrat hasil Kongres 2005 di Bali, yaitu Hadi Utomo (almarhum). "Kebetulan saya sebagai koordinator pemenangan Hadi Utomo Marzuki Alie," ucap Yus.

Faksi ketiga yaitu, Anas Urbaningrum yang merupakan ketua umum Demokrat hasil Kongres di Bandung pada 2010. "Keempat, faksi Pak Marzuki Alie, di sini ada mesin pemenangannya Pak Syofwatillah Mohzaib," paparnya. Menurut Yus, empat faksi tersebut tanpa melakukan rencana bertemu, tetapi memiliki pemikiran ingin membawa Partai Demokrat lebih baik seperti dulu.

"Apa salahnya kami seperti pendiri di saat awal menjemput Pak SBY untuk mengantarkan beliau ke pemimpinan RI tahun 2004," tuturnya. Baca juga: Arief Poyuono Ingatkan Elite Politik soal Pandemi Covid 19 Ketimbang Ribut Isu Kudeta Demokrat "Dan juga apa salahnya kami, kalau hari ini menjemput figur, tokoh ke depan, apa salahnya Pak Moeldoko, seperti senior sebelumnya menjemput SBY," sambung Yus.

Diketahui, tokoh yang hadir dalam acara pernyataan pendiri dan senior Partai Demokrat menyikapi pernyataan AHY, di antaranya mantan Ketua DPD Demokrat Sulteng Ahmad Yahya, mantan wasekjen Demokrat Tri Yulianto. Kemudian, mantan wasekjen Demokrat Syofwatillah Mohzaib, mantan anggota DPR Anton Rifai, dan mantan pimpinan pengawas komisi Demokrat M. Darmizal.